Genap 2 Tahun Konflik Suriah, Uni Eropa Gelar Pertemuan di Brussels

Genap 2 Tahun Konflik Suriah, Uni Eropa Gelar Pertemuan di Brussels

Share This

Uni Eropa mengadakan pertemuan di Brussels yang diperkirakan akan membahas masalah terkait bantuan persenjataan untuk pemberontak Suriah, Jumat (15/3). SAMO News - Bertepatan dengan genap dua tahun pergolakan sipil di Suriah, Uni Eropa mengadakan pertemuan di Brussels, Jumat (15/3). Pertemuan ini diperkirakan akan mencakup bahasan terkait bantuan untuk mempersenjatai para pemberontak Suriah yang berperang melawan pasukan pemerintah. Sebuah embargo Uni Eropa saat ini melarang negara-negara anggota menyediakan senjata bagi oposisi Suriah. Embargo itu akan berakhir bulan Mei. Perancis mengatakan negara itu siap bekerjasama dengan Inggris untuk membantu mempersenjatai para pemberontak Suriah, meskipun tanpa adanya kesepakatan dengan negara-negara lain untuk mengirim senjata. Menteri Luar Negeri Perancis Laurent Fabius, Kamis (14/3), mengatakan Perancis dan Inggris menginginkan Uni Eropa untuk menggelar pertemuan darurat untuk membahas pencabutan embargo tersebut, dan melangsungkan pembicaraan tersebut sebelum akhir bulan. Hari Rabu, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengecam pembicaraan untuk mempersenjatai pemberontak Suriah, dengan mengatakan langkah itu ilegal berdasarkan hukum internasional.

Perancis menyatakan siap bekerjasama dengan Inggris untuk membantu mempersenjatai pemberontak Suriah, meskipun negara-negara lain tidak menyetujui pengiriman senjata. SAMO News - Menteri Luar Negeri Perancis Laurent Fabius hari Kamis (14/3) mengatakan bahwa Perancis dan Inggris menginginkan Uni Eropa mengadakan pertemuan untuk mencabut embargo itu, dan mendesak diselenggarakannya pembicaraan tersebut sebelum akhir bulan ini. Embargo Uni Eropa saat ini melarang negara-negara anggotanya menyediakan persenjataan untuk oposisi Suriah. Menlu Fabius mengindikasikan kedua negara siap untuk mengirimkan senjata meskipun negara-negara lain tidak memberikan persetujuan untuk mengakhiri larangan itu. Hari Rabu (13/3), Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengutuk pembicaraan yang bertujuan mempersenjatai pemberontak Suriah tersebut, dengan mengatakan langkah tersebut ilegal berdasarkan hukum internasional. Inggris Pertimbangkan Veto Embargo Senjata atas Suriah. Inggris diperkirakan akan mempertimbangkan veto perpanjangan embargo senjata Uni Eropa atas Suriah apabila keadaan tidak membaik disana. Demikian pernyataan yang dikeluarkan oleh Perdana Menteri David Cameron hari Selasa (12/3). Uni Eropa memberlakukan embargo terhadap pengiriman senjata ke Suriah, walaupun bulan lalu Inggris membujuk Uni Eropa agar memperlunak embargo itu dan mengizinkan negara anggota menyediakan bantuan non-senjata, seperti kendaraan lapis baja kepada pemberontak yang bertempur melawan rejim Presiden Bashar Assad. Inggris dan Perancis telah menandakan dukungan mereka pada pencabutan embargo lebih jauh untuk mengizinkan senjata masuk ke Suriah. Embargo Uni Eropa yang berlaku sekarang akan habis masa berlakunya bulan Mei. Negara-negara Barat telah memikirkan kembali sikap mereka mengenai bantuan kepada pemberontak sementara dukungan pada Assad sedang menurun. Amerika Serikat, dalam perubahan kebijakan yang besar, mengumumkan tanggal 28 Februari bahwa Amerika akan menyediakan bantuan non-senjata seperti pangan dan obat-obatan langsung kepada pemberontak yang bertempur untuk menggulingkan Assad. Tetapi, seorang panglima militer Amerika, Jenderal Korps Marinir, James Mattis, memperingatkan pekan lalu bahwa keadaan terlalu rumit di Suriah sekarang bagi Amerika untuk menyediakan bantuan senjata kepada pasukan opposisi. Di Uni Eropa, beberapa diplomat juga menentang perubahan embargo itu, dan lebih menghendaki solusi politik.(VOA)

Tidak ada komentar